Kepada Je me souviens..., aku harap kalian bersedia membacakan surat ini...
Teralamatkan untuk Tara Duppont
Tara,
kau mungkin saja tak mengenalku, namun aku mengenalmu. Aku mengenalmu
sesederhana pagi mengenal mentari. Tidak percaya? Tak mengapa. Namun,
aku ingin mengatakan bahwa aku tahu kau menyukai musim gugur. Aku juga
tahu kau adalah penggemar berat sate kambing.
Hei, Tara,
jangan melongo seperti itu! Itu baru sekelumit saja. Masih ada banyak
hal yang bisa kubeberkan tentang dirimu jika kau memintanya. Jadi,
sekarang bagaimana? Apakah kau sudah memercayaiku? Ah iya, ada satu hal
lagi. Aku tahu kau adalah seorang penyiar radio. Kau tahu, pekerjaanmu
itulah yang menarikku untuk mencari tahu segala sesuatu tentang dirimu,
bahkan sampai hal-hal terkecil sekalipun.
Tara, aku tidak
tahu apakah kau menyukai suaramu sendiri atau tidak, namun aku
menyukainya. Aku menyukai suaramu sesederhana kau menyukai Paris. Aku
terpana oleh setiap derai-derai ceria yang terselip di antara suaramu.
Aku begitu menikmati semua butir-butir riang yang kausuarakan. Percaya
atau tidak, percayalah kalau aku memang begitu. Suaramu, itulah hal
pertama yang aku kenali dari dirimu. Dan ketika suaramu tak lagi seperti
dulu, aku merasa tak lagi mengenalmu.
Aku merasa seperti
itu di suatu hari. Aku merasa kau begitu asing ketika suaramu tak lagi
menderaikan ceria. Yang aku rasakan, semua butir-butir riang terenggut
tak bersisa dari suaramu. Suaramu menjadi begitu tawar. Suaramu
tertangkap begitu rapuh. Ada puing-puing pedih yang membayang dalam
suaramu. Dan saat itu, kau bukanlah Tara Duppont yang kupuja.
Tara,
aku sudah mendengar cerita tentangmu. Cerita kelabu tentang sebuah
cinta yang dipermainkan oleh takdir. Aku tak akan mengungkitnya karena
aku tahu, mengungkitnya sama saja dengan mengelupas lukamu yang sudah
mulai mengering. Percayalah, aku tak sekuat itu untuk melakukannya.
Detik
ini, melalui surat ini, aku ingin meminta satu hal kepadamu.
Berhentilah menangisinya, demi dirimu sendiri, demi dia dan demi aku.
Maukah kau? Kembalilah seperti Tara yang dulu, karena aku merindukannya.
Sungguh.
Tara, aku ingin kau tahu bahwa kau selalu punya
tempat untuk pulang dan bersandar. Aku. Kapan pun itu, aku akan selalu
merentangkan kedua tanganku untuk menerimamu, untuk membantumu mengobati
luka di hatimu.
Sekarang, pertanyaanku adalah bersediakah
kau membiarkanku untuk mengobati lukamu? Katakan ‘iya’, dan aku akan
langsung berlari menemuimu.
Yang ingin menghangatkanmu di tengah musim gugur,
David
Tidak ada komentar:
Posting Komentar