Senin, 20 Februari 2012

Surat untuk Si Gadis Musim Gugur

Kepada Je me souviens..., aku harap kalian bersedia membacakan surat ini...


Teralamatkan untuk Tara Duppont

Tara, kau mungkin saja tak mengenalku, namun aku mengenalmu. Aku mengenalmu sesederhana pagi mengenal mentari. Tidak percaya? Tak mengapa. Namun, aku ingin mengatakan bahwa aku tahu kau menyukai musim gugur. Aku juga tahu kau adalah penggemar berat sate kambing.

Hei, Tara, jangan melongo seperti itu! Itu baru sekelumit saja. Masih ada banyak hal yang bisa kubeberkan tentang dirimu jika kau memintanya. Jadi, sekarang bagaimana? Apakah kau sudah memercayaiku? Ah iya, ada satu hal lagi. Aku tahu kau adalah seorang penyiar radio. Kau tahu, pekerjaanmu itulah yang menarikku untuk mencari tahu segala sesuatu tentang dirimu, bahkan sampai hal-hal terkecil sekalipun.

Tara, aku tidak tahu apakah kau menyukai suaramu sendiri atau tidak, namun aku menyukainya. Aku menyukai suaramu sesederhana kau menyukai Paris. Aku terpana oleh setiap derai-derai ceria yang terselip di antara suaramu. Aku begitu menikmati semua butir-butir riang yang kausuarakan. Percaya atau tidak, percayalah kalau aku memang begitu. Suaramu, itulah hal pertama yang aku kenali dari dirimu. Dan ketika suaramu tak lagi seperti dulu, aku merasa tak lagi mengenalmu.

Aku merasa seperti itu di suatu hari. Aku merasa kau begitu asing ketika suaramu tak lagi menderaikan ceria. Yang aku rasakan, semua butir-butir riang terenggut tak bersisa dari suaramu. Suaramu menjadi begitu tawar. Suaramu tertangkap begitu rapuh. Ada puing-puing pedih yang membayang dalam suaramu. Dan saat itu, kau bukanlah Tara Duppont yang kupuja.

Tara, aku sudah mendengar cerita tentangmu. Cerita kelabu tentang sebuah cinta yang dipermainkan oleh takdir. Aku tak akan mengungkitnya karena aku tahu, mengungkitnya sama saja dengan mengelupas lukamu yang sudah mulai mengering. Percayalah, aku tak sekuat itu untuk melakukannya.

Detik ini, melalui surat ini, aku ingin meminta satu hal kepadamu. Berhentilah menangisinya, demi dirimu sendiri, demi dia dan demi aku. Maukah kau? Kembalilah seperti Tara yang dulu, karena aku merindukannya. Sungguh.

Tara, aku ingin kau tahu bahwa kau selalu punya tempat untuk pulang dan bersandar. Aku. Kapan pun itu, aku akan selalu merentangkan kedua tanganku untuk menerimamu, untuk membantumu mengobati luka di hatimu.

Sekarang, pertanyaanku adalah bersediakah kau membiarkanku untuk mengobati lukamu? Katakan ‘iya’, dan aku akan langsung berlari menemuimu.

Yang ingin menghangatkanmu di tengah musim gugur,


David

Tidak ada komentar:

Posting Komentar