Senin, 20 Februari 2012

email terakhir Monsieur Fujitatsu

“Apakah ada yang tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak boleh dicintai? Aku tahu.”

Aku memang baru mengenalnya, tapi rasanya aku sudah mengenalnya seumur hidup. Dan tiba -tiba saja aku sadar dia telah menjadi bagian yang sangat penting dalam hidupku.
“Aku pertama kali bertemu dengannya di bandara Charles de Gaulle. Lalu tanpa  sengaja aku bertemu dengannya lagi di sebuah kelab ketika dia agak mabuk dan salah menyebut nama si bartender. Aku akhirnya tahu  namanya  pada  pertemuan  kami  yang  ketiga.  Salah  seorang  temanku  memperkenalkannya  kepadaku.

Selama ini aku tidak pernah percaya pada yang namanya kebetulan, tetapi ini seperti takdir. Karena akhirnya aku mendapat kesempatan mengenalnya.
“Saat itu juga aku memutuskan akan mencoba keberuntunganku. Sudah tiga kali aku bertemu dengannya tanpa sengaja tentu saja saat itu dia tidak tahu, karena sejauh yang dia tahu, kami bertemu pertama kalinya saat  temannya memperkenalkan  kami dan  aku  memutuskan  jika  setelah  pertemuan  ini  aku  bisa bertemu dengannya secara kebetulan, aku akan mengambil langkah pertama dan mengajaknya keluar.
“Bintang keberuntunganku ternyata sedang bersinar terang saat  itu. Aku bertemu dengannya lagi, tanpa sengaja. Kali ini dia  yang  datang  menghampiri dan menyapaku. Harus kuakui, aku begitu  terpana sampai- sampai  mendadak  bisu  sesaat.  Aku  tahu  aku  harus  menepati  janjiku  sendiri.  Aku  pun  mengajaknya menemaniku ke museum.
“Benar, gadis misterius yang kutemui di bandara dan Gadis Musim Gugur adalah orang yang sama.
“Hidup ini sungguh aneh, juga tidak adil. Suatu kali hidup melambungkanmu setinggi langit, kali lainnya hidup  mengempaskanmu  begitu  keras  ke  bumi.  Ketika  aku  menyadari  dialah  satu-satunya  yang  paling kubutuhkan dalam hidup ini,  kenyataan berteriak di telingaku dia juga satu-satunya orang yang tidka boleh kudapatkan. Kata-kataku ungkin terdengar  tidak masuk akal, tetapi percayalah, aku rela melepaskan apa saja, melakukan apa saja, asal bisa bersamanya. Tetapi apakah manusia bisa mengubah kenyataan?

“Satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang adalah keluar dari hidupnya. Aku tidak akan melupakan dirinya, tetapi aku harus melupakan perasaanku padanya walaupun itu berarti aku harus menghabiskan sisa hidupku mencoba melakukannya. Pasti butuh waktu lama sebelum aku bisa menatapnya tanpa merasakan apa yang kurasakan setiap kali aku melihatnya. Mungkin suatu hari nanti aku tidak tahu kapan rasa sakit
ini akan hilang dan saat itu kami baru akan bertemu kembali.”

“Sekarang... Saat ini saja... Untuk beberapa detik saja... aku ingin bersikap egois. Aku ingin melupakan semua orang, mengabaikan dunia, dan melupakan asal-usul serta  latar belakangku. Tanpa beban, tuntutan, atau harapan, aku ingin mengaku.
“Aku mencintainya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar